Friday, July 3, 2009

Selembar Demi Satu

Selembar Demi Satu


Selembar demi satu terlampaui
Kata-kata didalam terasa membakar hati
Nurani tertohok meragukan
Kesadaran meracau menuntut logika baru

Selembar demi satu mengajak berlari
Deretan kata terangkai menguak misteri
Lantunan kata-katamu membius membangunkan
Tutur katamu bersanding berlarik bagai mantra

Selembar demi satu mengiris pengetahuan
Petuahmu menyalak, mentertawakan ilmu
Ajakanmu menolak kebisuan, mengajak turut serta
Ajaranmu melantunkan ujian bagi mereka yang menyimak

Selembar demi satu dan berhenti ku enggan
Duniamu terlalu menarik, tuk sekedar diintip
Jadi kusibak, dan tirai ku buang pergi
Biar terlihat jelas selembar demi satu semua gagasan

Selembar demi satu dan aku pun terbawa
Aksenmu menggambarkan dimana kau lalui waktu
Gurat keriput dalam syairmu memberi tekanan
Pada beratnya waktu yang kau tanggung

Selembar demi satu dan eramu berlalu
Selembar demi satu dan kau tak lagi mampu
Selembar demi satu janganlah kau ragu
Selembar demi satu biar kulanjutkan beban dipundakku


3 Juli 2009, 04:05

Kubawa Pulang

Kubawa Pulang


Muara pula yang membawaku pada akhir
Terlanjur mengikuti dia yang mengalir
Menilik titik-titik persinggahan
Menguraikan simpul-simpul persinggungan

Suaramu juga yang menolongku disepanjang
Mengamati perjalanan berkelok berliku
Terhenti di sepotong-sepotong waktu
Memberikan tanda pada makna yang tercipta

Uluran tangan sederet kawan terus saja
Menghindarkan celaka pada binar mimpi
Teriakan yang menamparkan peringatan
Berkelindan menyadarkan, ego terusirkan

Rasamu yang tetap sama pun
Terbangunkan olehnya kantukku
Memandang jauh yang masih terbentang
Menilik lewat yang sudah berlalu

Ingin selalu terulang lagi
Yang tak mungkin digelar lagi
Keindahan tak datang dua kali dalam sehari
Hanya selayang pandang kuhampirkan
Dan segenggam ingatan kubawa pulang

3 Juli 2009, 03:38

Kutemani

Kutemani


Hari dibuka lagi oleh suara alarm
Menggantikan sunyi yang mententramkan
Kesadaran belum melingkar penuh
Suntuk tetap terasa dipersendian dan lelah masih menggelitik

Hari ini tak lain, ulangan hari kemarin
Begitu saja tanpa terasa seperti belenggu
Mengikat rutinitas pada mata kaki
Menautkan kebosanan pada hati

Musim panas yang datang tiba-tiba
Merekahkan siang yang menyiksa
Menebarkan aroma bau
Yang menempel pada debu

Begitupula sore yang panjang terentang
Menarik ujung bayang-bayang memanjang
Meneggelamkan cahaya kedalam senja
Melupakan sekilas cerita yang tertutur siang tadi

Malam menjelang kantuk yang tertahan
Terperangkap dalam mimpi sebentar saja
Lalu mata melangkah mencari kelana
Jadi kutemani saja rembulan yang sedang merana


3 Juli 2009, 03:27

Wednesday, July 1, 2009

Kisanmu

Kisahmu


Pandanganmu meneguh, saat kau mulai kisahmu
Dan perlahan bibirmu menuturkan cerita
Yang tak kudengar sebelumnya
Tidak, tidak dari mereka

Kisahmu memanjang, seakan tanpa ujung pangkal
Karena awal tak lagi terlihat disitu
Dan perjalanan tak menuntutmu tinggal sejanak
Atau barang sebentar, menoleh yang tertinggal

Kelemahanmu yang kau tak akui, mengikat mudamu
Melarangnya kedepan, karena memalukan kiramu
Dan remajamu yang begitu memilukan
Tak juga kau ratapi, begitu saja kau lalui tanpa ekspresi

Saat kau ceritakan puncak-puncak kejayaan
Tuturmu mulai menyusun rima, mengembangkan puisi dalam bangga
Sementara kami terpekur menyimak
Dan merasakan suaramu yang seakan mendendangkan nyanyian

Betapapun kau berusaha, tuk tak terjebak
Kau akhiri juga kisahmu diujung senja
Melalui serangkaian petuah yang kau coba yakinkan
Selagi kau terawangkan pandang, mengenang

Kisahmu adalah kisah tentang keinginan
Ceritamu adalah tentang kemauan
Pencarianmu adalah tentang kebebasan
Dan diujungnya adalah tentang masa depan
Tentang kami

Selayang

Selayang

Selayang lalu menorehkan kesan
Wangi yang kau kirimkan sekejap
Menidurkan secuil kesadaran
Membius, menarik dan menenggelamkan

Sekejap pandang kau bekukan
Irama hidup yang letih ku iringkan
Menghentikan setapak waktu tempatku berlalu
Seakan dalam tayang ulang, menancapkan detil mendalam

Runtuhlah segala susunan aturan
Memutar balikkan segala yang terpatri
Perlahan kau tancapkan belati kerinduan
Tepat ditepi, dibatas jantung hati

Detik yang terus melaju, berbenah menuliskan waktu
Meninggalkan goresan penuaan
Mengusir usia segera berlari tanpa menoleh lagi
Sementara kau tak tergoyahkan

Kaujeratkan tali pada kaki hati
Kau jebak kegetiranku akan kehilanganmu
Hingga akhirnya seorang meyakinkanku
"Kita semua, pemula dalam cinta", ucapnya dalam senyuman

30 Juni 2009, 01:51

Andai Kau Tahu

Andai Kau Tahu


Kutuliskan kata yang kurangkai sekenanya
Membalas suratmu yang mengantarkan tanya
Yang kau tuliskan keras-keras
Mengitariku berteriak menuntut jawaban

Cepat otakku berputar
Memilih kata yang tepat benar
Yang semakin sulit kupilih
Diantara suara perut yang juga menuntut

Larikan kata darimu menambahkan penat
Pada lambungku yang mulai berkeringat
Hidangan yang terbayang nikmat
Tak kunjung tiba, hanya mengirimkan aroma

Lima menit akhirnya, yang kunanti datang tersaji
Kali ini tak hanya aroma menggoda
Namun seporsi nyata, yang menggugah selera
Dan menunggu tuk dijamah segera

Jadi kualihkan mata dari kata-kata
Dan kuhardik mulutku tuk segera bekerja
Ah andai kau tahu rasanya
Takkan kau marah, bila jawabku kutunda


27 Juni 2009, 00:15

Menemukanmu

Menemukanmu


Aku menemukan seutas senyum tulus
Ditepian sungai yang mengalir keutara
Senyum yang tak sering kau guratkan
Senyum yang kau perlihatkan di waktu-waktu perayaan

Aku menemukan sepenggal tawa
Ditengah hutan yang melintang ketimur
Tawa yang kau cipta terkadang
Tawa yang mengiringi saat-saat penemuan

Aku menemukan sekeping nafas
Di sepanjang perjalanan menuju sabana selatan
Nafas yang tak henti kau hembuskan
Nafas yang memapahmu berjalan

Aku menemukan sekejap kecupan
Di belakang matahari yang tenggelam di barat
Kecupan yang kerap kau selipkan
Kecupan yang kau berikan untuk menenangkan

Aku menemukan kehadiranmu
Dimanapun kuarahkan dua kakiku
Kehadiran yang menyertai
Kehadiran yang menguatkan, yang tak terganti


27 Juni 2009, 00:59